Selasa, 28 Agustus 2007

Mio benelli kuning


Memface-off Tigy atau motor sport lainnya menjadi “moge” tentu sudah jamak. Tapi yang ini skutik Mio berubah menjadi moge, berkonsep Benelli Leo 756 yang masih “konsep” dan baru dikenalkan ke publik akhir tahun silam, tentu bukan pekerjaan jamak.

Justru yang nggak jamak itu yang membuat Jeffry Satrya Permana untuk menantang Topo Goedhel, buat mewujudkannya. Sebagai builder yang haus tantangan, Topo-pun meladeninya. “Bikin moge konsep tentu mudah dilakukan. Tapi memakai basis Mio, sungguh sebuah tantangan,” tuturnya.

“Konsepnya, Benelli Leo 756. Tuh model aku ambil dari internet. Ngga tau deh di negaranya sono tuh motor udah diproduksi apa belom. Soalnya yang aku ambil baru coretan skets arts-nya aja,” jujur pemilik rumah modifikasi Tauco Custom.

Leo 756 emang salah satu motor konsep Benelli yang baru dikenalkan ke publik sekitar Oktober tahun silam. Dicangkoki mesin 750cc, motor ini sungguh jauh lebih bongsor dibanding Mio. Itulah tantangan yang dihadapi Topo. Bagaimana meramu desain Leo 756 agar proporsional saat diaplikasi ke Mio.

Biar proporsional, Topo membuat perbandingan skala segala. Setidaknya, dimensi Leo 756 itu kudu disusutkan sekitar 25% agar bisa proporsional pada Mio.


ROMBAK SASIS
Demi merealisasikan idenya itu, Topo juga terpaksa merombak total sasis Mio-nya. Bahkan tangki-pun ikutan digusur dari posisi asalnya. Eiitt….. jangan ketipu dulu dengan model tangki yang ada di motor kuning pisang ini. “Karena tangki itu sebetulnya bukan tempat bensin. Tapi bagasi utility box (u-Box) yang sanggup menampung sampai sebiji helm full face,” tunjuknya.

Swing arm belakang Mio yang notabene adalah CVT-nya diakuinya membantunya buat menyesuaikan modelnya dengan punya Benelli Leo 756 yang ala banana arm meski tak memakai penggerak CVT karena motor ini bukan motor matik.
“Desain swing arm Mio ini sudah mirip pro arm,” akunya.
Soal sok belakang, Benelli Leo 756 yang memakai konstruksi monokros, juga diaplikasi oleh Topo. Tapi ia kudu menggeser posisinya ke bagian tengah rangka motor.


KAKI DEPAN
Kaki depannya so pasti tak bisa lagi memakai bawaan Mio. Kudu gambot serta berkonstruksi up side down seperti yang dipakai Beneli Leo 756. So, iapun kudu nebus sokbreker depan bekas punya Cagiva Mito. Lumayan mirip meski bawaan Leo berkelir titanium brown sedang punya Mito berwarna gold.

Buat kedok lampunya, “Gue ngeraba-raba. Pasalnya saat mulai membuild Mio ini gambar skets arts Leo 756 belum jelas benar. Tapi kayaknya khas moge terkini, memakai lampu sipit memanjang,” bebernya. Untuk mendekati obyek copy-annya, setelah memperhatikan head lamp sejumlah mobil dan motor yang edar di sini, Topo akhirnya memilih head lamp punya Kymco Free LX. “Mirip kan….?” Sodoknya.

Soal stang stirnya yang ala street fighter, masih mudah didapat dari stang-stang yang edar di sini. “Pasalnya, stang Benelli Leo 756 itu tak terlalu spesifik,” tutur Jefry Satrya Permana, sang pemilik Mio Leo 756 ini.


BAJU BAJA
Seluruh cover body, Topo handmade dari bahan plat besi dengan batasan bentuk yang mengacu ke model Benelli 756. Biar match dengan bodynya, peleknya kepaksa nyomot punya Piaggio DNA yang juga berdiameter 14 inch. “Tapi tapaknya lebih lebar hingga ban yang rada gambot bisa diinstal. Ujung-ujungnya nambah keren penampilannya,” pungkas Topo diangguki Jeffry. n well






© 2002 ototrend.com ototrend® is a registered trademark
and the ototrend logo are trademarks of pt media oto indonesia, jawa pos